IBU NYAI ROHMAH

 IBU NYAI ROHMAH

Saya pribadi sebenarnya punya kenangan yang tidak bisa terlupakan dengan beliau Ibu Nyai Rohmah, saya simpan rapat kenangan ini, karena kalau di ungkapkan membuat saya jadi malu.

Dan dalam kesempatan ini saya ceritakan sedikit kenangan itu walau membuka aib diriku sendiri tapi biarlah, mudah-mudahan menjadi jariyah buat beliau Ibu Nyai Rohmah.

Aku sewaktu masih mondok di Jombang sangat akrab dengan putra beliau yakni Gus Jabbar, setiap Gus Jabbar beli buku, aku selalu di panggil dan di ajak membahas isi buku yg beliau beli. Tidak itu saja, setiap Gus Jabbar beli kaset musik klasik aku juga di ajak membahas musik klasik. Aku jadi kenal siapa bethoven, mozart dll, aku jadi tahu dan sedikit mengerti tentang musik klasik karena beliau.

Aku bebas dolan ke ndalem Gus Jabbar karena ibu beliau yakni Ibu Nyai Rohmah datang mengunjungi Gus Jabbar cuma di pagi dan sore hari, Ibu Nyai Rohmah semenjak di tinggal oleh Gus Hubbi menghadap sang Kholiq, sering mengahabiskan waktunya di rumahnya sendiri yang berada dikampung ajak jauh dari pondok.

Dan biasa kelakuan santri, seperti diriku waktu itu, tidak bisa jauh dari urusan ngopi dan makan, bagi santri bisa ngopi dan makan gratis itu seakan masuk surga. Ya begitulah, sewaktu aku diajak membahas buku atau musik klasik, kalau ada kesempatan, aku pasti cari waktu untuk mengintip ke dapur ndalem beliau.

Setiap aku membuatkan kopi Gus Jabbar dan membuat kopi untuk diriku sendiri, ku sempatkan melihat menu - menu hidangan yang berada meja makan, dari situlah aku jadi tahu menu - menu yang  dibuat Ibu Nyai Rohmah untuk putranya. Yang membuat diriku jadi heran adalah, makanan pagi tetap utuh sampai malam, tidak ada sedikitpun yang berkurang.

Akhirnya aku tanyakan hal tersebut kepada kang e yang biasa membantu Ibu Nyai Rohmah di dapur.

" Gus Jabbar memang kira - kira sudah  seminggu ini tidak makan nasi, tirakat tapi tidak mau memberi tahu Ibu Nyai, dan saya pun di pesan supaya tidak memberitahukan hal tersebut " jelasnya kepadaku.

Otakku yang kurang ajar lansung bekerja dan menyusun rencana, aku pun baru menyadari memang selama ini tidak pernah melihat Gus Jabbar makan nasi, aku hanya melihat beliau cuma ngopi dan merokok. Dan besoknya ku panggil kang e dan ku ajak berdikusi dipojok dapur.

" kang, terus gimana sikap dan perasaan Ibu Nyai Rohmah melihat makanan yang tetap utuh selama ini " tanyaku kepadanya.

" ya sedih, jadi bingung melihat sikap anaknya, setiap hari menu diganti yang enak - enak, tapi tetap aja makanan tersebut tidak tersentuh." jawabnya kepadaku.

" begini aja kang, mari kita makan aja makanan ini berdua, dengan niatan supaya Ibu Nyai tidak sedih dan marah kepada Gus Jabbar..." jelasku mencoba mengakali kang e.

" saya tidak berani mas...." jawabnya takut.

" lho niat kita kan baik, memberi solusi, biar Ibu Nyai tidak bersedih dan tirakatnya Gus Jabbar tetap jalan..." rayuku kepadanya.

Kang e terdiam, masih tersirat keraguan di wajahnya, sebelum dia menjawab, aku berkata lagi kepadanya.

" wes..pokoknya jangan takut, kalau ada apa - apa aku yang nanggung."

Akhirnya dengan berat hati dia mau dan manut saja dengan akal bulusku

" inggih pun...." jawabnya.

Sejak itu makanan di ndalem kami yang menghabiskan, mungkin kira - kira setahunan aku makan dan ngopi gratis di ndalem Gus Jabbar. Selanjutnya terjadi peristiwa yang membuatku malu dan tersenyum - senyum sendiri kalau mengingatnya.

Suatu hari tanpa sengaja aku mendengar suara Ibu Nyai yang sedang mengobrol dengan kang e, sebenarnya kang e yang membantunya di dapur ini masih terhitung kerabat Ibu Nyai sendiri, jadi bebas aja kalau di ajak ngobrol.

" aku sekarang sudah lega, jabbar sekarang sudah doyan makan, sejak dia berkawan dengan santri yang biasa main kesini itu, dia jadi mau makan masakanku..." ucap Ibu Nyai kepada kang e.

Aku terdiam dan membathin

" ngapunten Ibu Nyai Rohmah, sebenarnya yang menghabiskan makanan itu saya..."

Sekarang Panjenengan sudah berkumpul kembali dengan Gus Hubbi, semoga makanan yang sudah jadi daging pada diriku ini menjadi amal jariyah Panjenengan.

Dan dumateng Gus Jabbar kulo nedi ikhlase....

Alfatihah

Komentar

Postingan populer dari blog ini

WALI PAIDI VI

MBAH KYAI DJALIL MENGAJARI SALAH SATU PUTRANYA

GUS DAVID